TRADISI MENYAMBUT HARI RAYA IDUL FITRI DI INDONESIA #IBD
MAKALAH
ILMU BUDAYA DASAR : HARI RAYA IDUL FITRI
ILMU
BUDAYA DASAR
HARI
RAYA IDUL FITRI
Dosen
:
Edi
Fakhri
Disusun
oleh :
Ramadhan
Eko Nugroho (55415628)
1IA19
TEKNIK
INFORMATIKA
UNIVERSITAS
GUNADARMA
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada sehingga dapat menyelesaikan
tugas ini dengan baik. Shalawat bertangkaikan salam hadiahkan kepada
junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang safaatnya harapkan hingga akhir zaman.
Makalah ini saya akui masih banyak
kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya
harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat
membangun untuk kedepannya.
Dalam penulisan makalah ini saya
mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar - besarnya, kepada semua
pihak yang telah membantu saya dalam penyusunan ini.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Lebaran atau hari raya Idul Fitri merupakan hari
besar yang dinanti-nantikan oleh umat Islam di dunia, karena dihari itu adalah
hari kemenangan bagi umat Islam setelah sebulan berpuasa di bulan Ramadhan.
Lebaran memang merupakan hari yang spesial sekali,
karena dapat mempengaruhi tatanan hidup masyarakat, khususnya masyarakat
Indonesia dari segi agama, segi sosial, dan budaya, serta segi ekonomi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN IDUL FITRI
Idulfitri atau juga ditulis dengan Idul
Fitri atau juga dalam Bahasa
Arab:عيد الفطر ‘Īdul-Fiṭr adalah hari raya umat Islam yang
jatuh pada tanggal 1 Syawalpada penanggalan Hijriyah. Karena
penentuan 1 Syawal yang berdasarkan peredaran bulan tersebut, maka Idul Fitri
atau Hari Raya Puasa jatuh pada tanggal yang berbeda-beda setiap tahunnya
apabila dilihat dari penanggalanMasehi. Cara menentukan 1 Syawal juga bervariasi, sehingga
boleh jadi ada sebagian umat Islam yang merayakannya pada tanggal Masehi yang
berbeda
Pada tanggal 1 Syawal mulai
berakhirnya puasa pada bulan Ramadan,
kemudian merayakan Idul Fitri. Awal pagi hari selalu dilaksanakan Salat Idul
Fitri (Salat
Id), disunnahkan melaksanakan salat Id di tanah lapang atau bahkan jalan
raya (terutama di kota besar). Sebelum salat Id di lakukan imam mengingatkan
siapa yang belum membayar zakat
fitrah, sebab kalau selesai salat Id baru membayar zakatnya hukum nya sedekah biasa
bukan zakat. Adapun hukum dari Salat Idul Fitri ini adalah sunnah mu'akkad.
Di malam sebelum dan sesudah hari raya, umat muslim disunnahkan mengumandangkan
takbir.
Takbir mulai dikumandangkan setelah bulan Syawal dimulai.
Selain menunaikan Salat Sunnah Idul Fitri, kaum muslimin juga harus membayar zakat
fitrah sebanyak 2,5 kilogram bahan pangan pokok. Tujuan dari zakat
fitrah sendiri adalah untuk memberi kebahagiaan pada kaum fakir miskin.
Kemudian, Khutbah diberikan setelah Salat Idul Fitri berlangsung, dan
dilanjutkan dengan do'a. itu, kaum muslimin di Indonesia memiliki tradisi
saling bermaaf-maafan, terkadang beberapa orang akan berziarah.
B. DOA ATAU UCAPAN PADA IDUL FITRI
Di Indonesia sering mengucapkan doa Minal 'Aidin wal-Faizin, sebenarnya itu
adalah tradisi masyarakat
Asia Tenggara. Menurut sebagian besar ulama ucapan
tersebut ditidaklah berdasar dari ucapan dari Nabi Muhammad.
Perkataan ini mulanya berasal dari seorang penyair pada
masa Al-Andalus,
yang bernama Shafiyuddin Al-Huli, ketika dia membawakan syair yang
konteksnya mengisahkan dendang wanita di hari raya.
Adapun ucapan yang disunnahkan olehNYA adalah Taqabbalallahu
minna wa minkum ("Semoga Allah menerima amal kami dan kalian")
atau Taqabbalallahu minna waminkum wa ahalahullahu ‘alaik ("Semoga
Allah menerima (amalan) dari kami dan darimu sekalian dan semoga Allah
menyempurnakannya atasmu dan semisalnya.”).
C. TRADISI UNIK MENYAMBUT HARI RAYA
IDUL FITRI DI INDONESIA
Umat Islam di Indonesia menjadikan
Idul Fitri sebagai hari raya utama, momen untuk berkumpul kembali bersama
keluarga. Mulai dua minggu sebelum Idul Fitri, umat Islam di Indonesia mulai
sibuk memikirkan perayaan hari raya ini, yang paling utama adalah Mudik atau
Pulang Kampung, sehingga pemerintah pun memfasilitasi dengan memperbaiki jalan-jalan
yang dilalui. Hari Raya Idul Fitri di Indonesia diperingati sebagai hari libur
nasional, yang diperingati oleh sebagian besar masyarakat Indonesia yang memang
mayoritas Muslim. Biasanya, penetapan Idul Fitri ditentukan oleh pemerintah,
namun beberapa ormas Islam menetapkannya berbeda. Idul Fitri di Indonesia
disebut dengan Lebaran, berbagai hidangan disajikan. Hidangan yang paling
populer dalam perayaan Idul Fitri di Indonesia adalah ketupat,Indonesia adalah
negara yang mayoritas penduduknya muslim tersebar di berbagai pelosok daerah,
masyarakatnya pun punya tradisi yang berbeda-beda saat menyambut hari raya Idul
Fitri atau yang biasa disebut Lebaran. Tradisi tradisi tersebut yaitu :
1.
Tradisi Pukul Sapu (Maluku Tengah)
Para pemuda yang terlibat di dalam tradisi Pukul Sapu
saling menyerang satu sama lain dengan menggunakan lidi pohon enau.
Sesuai dengan namanya, pada tradisi ini para pemuda yang berasal dari
desa Morela dan desa Mamala, Kabupaten Maluku Tengah saling berhadapan dengan
menggunakan lidi dari pohon enau. Tradisi Pukul Sapu sendiri dilaksanakan
secara rutin setiap 7 hari pasca lebaran. Para pemuda yang terlibat di dalamnya
akan saling menyerang dalam kurun waktu 30 menit. Seusai pertarungan, setiap
pemuda mendapatkan pengobatan secara khusus dari desanya. Pemuda yang berasal
dari desa Morela akan memperoleh getah jarak sebagai obat penyembuh luka,
sementara pemuda yang berasal dari desa Mamala menerima obat penyembuh luka
yang terbuat dari minyak kelapa yang dicampur dengan pala dan cengkeh.
Meski tradisi ini dianggap membahayakan para anggotanya, namun tradisi
Pukul Sapu dianggap mampu menjalin ikatan silaturahmi antara kedua desa dengan
baik. Tradisi yang telah dilestarikan sejak abad ke-17 ini berhasil menyedot
banyak perhatian dari wisatawan, baik wisatawan domestik maupun wisatawan
mancanegara.
2.
Tradisi Perang Topat (Nusa Tenggara Barat)
Tradisi Perang Topat yang umumnya didominasi oleh umat
Islam dan umat Hindu memiliki makna tersendiri.
Berbeda dengan tradisi sebelumnya, dalam tradisi Perang Topat warga Lombok
saling berperang dengan melemparkan ketupat. Perang Topat sendiri diadakan
dalam rangka mengucap syukur atas berakhirnya puasa sunah umat muslim di Lombok
dan dilakukan 6 hari setelah hari raya Idul Fitri.
Sebelum melaksanakan Perang Topat, warga Lombok berziarah terlebih dulu ke
makam para ulama. Umumnya, mereka berziarah ke Makam Loang Baloq di kawasan
Pantai Tanjung Karang dan Makam Bintaro di kawasan Pantai Bintaro. Usai
berziarah, prosesi Perang Topat dimulai dengan membawa sesajen berupa hasil
bumi yang dilakukan oleh Suku Sasak dan tokoh umat Hindu di Lombok.
Kemudian Perang Topatpun dimulai ketika waktu telah menunjukkan pukul 17.30,
tepat dimana matahari mulai terbenam.
Tradisi Perang Topat sebagian besar diikuti oleh umat Islam dan umat
Hindu di Lombok. Tak hanya mencerminkan toleransi beragama yang kuat diantara
keduanya, namun tradisi Perang Topat sendiri juga mampu mengajak manusia untuk
kembali merefleksikan jati dirinya.
3.
Tradisi Meriam Karbit (Pontianak)
Masyarakat yang mendiami tepian Sungai Kapuas menyambut malam takbiran
dengan cara yang tak biasa. Mereka mengungkapkan rasa syukur dengan membunyikan
Meriam Karbit yang berukuran 6 meter. Seiring berjalannya waktu, tradisi
tersebut kini menjadi ajang perlombaan, dimana setiap kelompok warga yang
memiliki meriam saling membunyikan meriam untuk selanjutnya dinilai oleh
juri.
Meriam Karbit juga menyisakan sejarah yang tak kalah menarik. Berdasarkan
kisah Kesultanan Kadriah Pontianak (1771-1808), raja pertama Pontianak, Syarif
Abdurrahman Alkadrie sempat diganggu oleh hantu ketika membuka lahan tempat
tinggal. Gangguan hantu-hantu tersebut akhirnya diatasi dengan membunyikan
Meriam Karbit menjelang adzan maghrib. Bunyi dentuman Meriam Karbit ini bahkan
mampu terdengar hingga radius lebih dari 3 kilometer.
4.
Tradisi Grebeg Syawal (Yogyakarta)
Setiap tanggal 1 Syawal, Gunungan Lanang akan dibawa
menuju Masjid Gede Keraton Ngayogyakarta untuk didoakan.
Upacara ritual yang rutin diadakan pada tanggal 1 Syawal ini ditandai
dengan keluarnya Gunungan Lanang yang terdiri atas kumpulan hasil bumi.
Gunungan Lanang tersebut lantas dibawa ke Masjid Gede Keraton
Ngayogyakarta untuk didoakan. Gunungan sendiri merupakan simbol perwujudan
sedekah dari Sultan kepada rakyatnya. Pada puncak ritual, warga sekitar
memperebutkan isi dari Gunungan Lanang dengan harapan mendapat berkah dari Yang
Maha Kuasa.
5.
Tradisi Ngejot (Bali)
Saat Idul Fitri berlangsung, umat muslim di daerah Bali merayakannya dengan
memberikan hidangan pada tetangga sekitar terlepas dari latar belakang agama
yang ada. Umat Hindu yang menerima pemberian pada hari raya Idul Fitri lantas
membalasnya pada hari raya Galungan, hari raya besar Hindu yang memperingati
kemenangan Dharma (kebaikan) atas Adharma(keburukan). Tradisi Ngejot sendiri
sudah berlangsung sejak lama dan dapat dijumpai di desa-desa ataupun di daerah
perkotaan di Bali.
Tradisi Ngejot bisa dikatakan sebagai perwujudan akulturasi antara budaya
Islam dengan budaya Bali. Keterpaduan antara 2 budaya tersebut juga secara tak
langsung menciptakan nada keharmonisan yang nampak di dalam toleransi antar
umat beragama.
6.
Tradisi Bakar Gunung Api (Bengkulu)
Suku Serawai di Bengkulu juga menyambut Idul Fitri dengan cara yang unik.
Pada malam takbiran, Suku Serawai dan masyarakat sekitar akan membakar susunan
batok kelapa yang menyerupai tusuk sate. Pembakaran batok kelapa tersebut
merupakan simbolis atas ungkapan syukur kepada Sang Khalik dan sebagai doa bagi
para arwah keluarga agar tentram di dunia akhirat.
7.
Tradisi Tumbilotohe (Gorontalo)
Kota Gorontalo seketika menjadi meriah dan bercahaya
menginjak hari ketiga sebelum Idul Fitri berakhir.
Menjelang Idul Fitri, suasana kota Gorontalo mendadak berubah menjadi
meriah dan bercahaya. Kota Gorontalo akan dipenuhi dengan pencahayaan lampu
botol minyak yang dipasang oleh warga muslim Gorontalo yang dimulai sejak 3
hari sebelum Idul Fitri berakhir. Uniknya lagi, tradisi pasang lampu ini tetap dilakukan
oleh warga muslim Gorontalo meski mereka tak lagi menempati daerah Gorontalo.
Adapun jumlah lampu yang dipasang untuk setiap satu keluarga disesuaikan
dengan jumlah anggota keluarga. Disamping memperingati hari raya Idul Fitri,
tradisi yang telah diturunkan sejak abad ke-15 ini juga bertujuan untuk
mengapresiasi umat muslim yang sudah menjalankan puasa dengan baik.
D. EKONOMI
Pada bulan ramadhan harga bahan-bahan pokok melonjak
naik . Melonjaknya harga-harga barang di pasaran (sembako) seperti harga daging
sapi, cabe, sayur-sayuran dan lain-lain. Yang mengakibatkan harga-harga
tersebut naik karena tingginya permintaan konsumen terhadap barang tersebut,
namun persediaan terhadap barang tersebut kurang, sehingga terjadinya kenaikan
harga barang tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hari raya idul fitri atau lebaran merupakan hari
yang dinanti oleh umat islam diseluruh dunia salah satunya Indonesia yang
mayoritas penduduknya beragama islam , ternyata dalam menyambut hari rayaidul
fitri di Indonesia memiliki berbagai macam tradisi unik untuk menyambut hari
raya idul fitri selain itu juga hari raya idul fitri mempengaruhi harga bahan
bahan pokok yang melonjak naik.
DAFTAR PUSTAKA
· http://kompasmuda.com/2016/07/09/7-tradisi-unik-menyambut-idul-fitri-di-indonesia/
Thanks infonya. Oiya ngomongin Lebaran, ada fakta menarik yang perlu temen-temen tahu. Biasanya, karena berbagai aktivitas yang dilakukan, pengeluaran akan menjadi bengkak setelah menjalani momen bahagia tersebut. Tapi tenang, selalu ada solusi di tiap permasalahan. Simak langsung di sini ya: Keuangan berantakan usai Lebaran? Ini cara mengatasinya!
BalasHapus